Kamis, 05 Maret 2015

Don't Sweat the Small Stuff

Pekan ini, saya lagi asyik-asyiknya membaca buku. Bukan buku baru, tapi justru buku jadul yang sudah tersimpan rapi di lemari saking nggak pernah dibaca. Sebuah buku psikologi yang dulu sering saya baca semasa SMA. Buku itu berjudul,

gambar diambil dari sini

= Don't Sweat the Small Stuff =

Hmm..., pasti judulnya nggak asing banget dong ya, secara dulu sering memenuhi rak buku 'best seller' di toko-toko buku.
Semasa SMA, saya memang sering baca buku ini, dan walaupun bacanya sambil lalu (alias baca kilat), tapi banyak banget saran-saran yang sesuai dengan realita yang ada, seperti :


  • Jangan memusingkan hal-hal kecil
  • Berdamailah dengan ketidaksempurnaan
  • Perbesar rasa peduli anda
  • Jangan menginterupsi orang lain atau memutus kalimatnya
  • Jadilah lebih sabar
  • Cari tahu dulu untuk mengerti
  • Jadilah pendengar yang baik
  • Berhati-hatilah dengan suasana hati anda dan jangan biarkan diri anda dipermainkan oleh suasana hati yang buruk
  • Hindari "mencari-cari atap yang bocor"
  • Relaks-lah
  • Pikirkan apa yang anda miliki, bukan apa yang anda inginkan
  • Latihan mengabaikan pikiran negatif anda
  • Tenangkanlah pikiran
  • Anggaplah masalah anda sebagai guru yang potensial
  • Berhentilah menyalahkan orang lain
  • dll

Membaca buku ini rasanya bagaikan "tertampar", karena ternyata banyak sekali hal-hal sepele yang kita pusingkan dan justru membuatnya menjadi masalah besar. Begitu seterusnya hingga kita merasa tertekan bahkan merasa frustasi. Kita sering terlihat sibuk, berusaha memecahkan masalah, tetapi kenyataannya, kita kerap kali malah memperbesar persoalan !
Nah, penulis mengajak kita untuk sedikit demi sedikit melepaskan keruwetan itu dengan cara mengontrol diri sendiri untuk tidak terlalu memusingkan hal-hal kecil, juga untuk senantiasa membentuk perspektif yang lebih positif.

note : buku ini recomended banget buat yang merasa hari-harinya selalu dipusingkan dengan masalah kecil (yang dikira besar). Anak berkelahi, ikutan emosi. Rumah nggak pernah rapi, ngeluh. Kena macet, ngeluh (lagi). Berbeda pendapat dengan pasangan/teman, malah bertengkar.
Mungkin udah waktunya untuk menarik napas panjang, dan membaca buku ini ^^



2 komentar:

Anonim mengatakan...

Itu dia mba, kadang hal-hal sepele dipusingkan tapi saat hal-hal yang rumit malah disepelekan, gimana kalau kayak gitu mba? :)

Ummu SaLaamah mengatakan...

Hal-hal yang rumit pun bisa jadi hanyalah masalah kecil namun terlalu dibesar-besarkan sehingga tampak menjadi masalah besar.
Seharusnya sih kita bisa memilah mana yang benar-benar masalah kecil, dan mana yang benar-benar masalah besar.
Kalo dalam kapasitas saya sbg ibu rumah tangga, misalkan ada anak yang memecahkan/merusak barang yang mahal dirumah, itu sebenarnya hanyalah masalah kecil kalo kita bisa berpikir logis,tapi kadang banyak sekali yang meributkan masalah itu hingga tidak selesai berhari-hari. Atau justru si anak dihukum habis-habisan.
Tapi...., saat si anak kedapatan tidak sholat, justru kita membiarkan saja, padahal mungkin si anak udah baligh.
Padahal merusak barang disini adalah masalah kecil, sementara perkara sholat adalah masalah besar (tapi perkara besar disini bukan maksudnya harus marah-marah atau gimana, tapi lebih ke prioritas yang harus menjadi perhatian).
Mbulet ya njelasinnya.....,
Yang pasti, kita harus bijak memilah masalah-masalah kita, dan biarkan masalah kecil berlalu dengan sendirinya.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...