Selasa, 25 November 2014

Menyusui pun Perlu Belajar

Kenapa juga perlu belajar?! Bukannya menyusui itu kegiatan alamiah, natural, yang pasti dilakukan oleh setiap ibu sehabis melahirkan anaknya?!
Hohoho......., jangan salah! Saya dulu juga berpikiran seperti itu. Duluuuuu, sebelum punya anak.

Dan karena sudah terbentuk opini seperti itu di kepala saya, maka saat kehamilan pertama, saya sama sekali tidak menyentuh buku tentang menyusui!!! 
Saat hamil, saya hanya membaca buku tentang bagaimana mendidik anak, tentang tumbuh kembang anak. Akan tetapi saya terlupa belajar bagaimana cara menyusui yang benar. Ya, karena saya berpikir, untuk apa belajar? Toh setiap ibu pasti bisa menyusui.

Pikiran itu membuat saya menyesal setelahnya, karena saya sadar, saya salah

Saya baru menyadarinya setelah persalinan anak pertama. Memang, saya tidak diajari IMD ataupun ditawari untuk IMD oleh nakes. Saya cuma manggut-manggut aja saat mereka memberi sufor untuk saLaamah, dengan alasan kondisi saya masih capek setelah persalinan.
Saya pikir, ya sudahlah..., toh sesudah ini saya susui juga.
Ya, memang, setelah itu saya memang menyusui saLaamah. Tapi saat saLaamah kemudian menangis, rewel, semua orang di sekeliling saya menyarankan untuk menambah sufor, dengan alasan mungkin ASInya kurang. Bodohnya saya, lagi-lagi hanya meng-iya-kan ajakan itu. Berpikir kalo memang benar-benar ASI saya "kurang", Allahul musta'an....
Jadilah, saLaamah meskipun saya susui, tetapi juga menerima sufor. Apalagi waktu itu saya masih bekerja dan belum mengerti akan ASI perah, sehingga selama saya bekerja, saLaamah minum sufor.

Saya juga tidak tinggal di lingkungan yang benar-benar mengerti tentang ASI eksklusif, sehingga klop-lah saat itu. Kebodohan saya bertemu dengan lingkungan yang tidak mendukung. Alhasil, hanya bertahan selama 3 bulan saja saLaamah menyusu ASI, selebihnya, murni sufor *tepokjidat



Pengalaman kedua, mulai "melek" tentang ASI
Saat hamil anak kedua -naiLah- , saya boyongan ke Malang mengikuti suami. Nah, berhubung rumah mertua yang kami tinggali sementara ini dekat dengan toko buku, otomatis lah saya sering maen-maen ke toko buku.
Alhamdulillah...., saya dipertemukan dengan buku yang membahas tentang ASI. Nggak mau kejadian yang lalu terulang kembali, saya putuskan untuk membelinya dan mempelajarinya dirumah.

MasyaAllah, buku ini benar-benar telah merubah pikiran saya yang salah tentang ASI. Tidak ada istilah ASI kurang, selama kita tau bagaimana cara menyusui yang benar.















-->> buku tentang ASI yang pertama kali saya baca




Sehingga, saat naiLah lahir, saya bisa langsung menyusui-nya hingga berhasil meminta rawat gabung di RSIA tempat saya melahirkan.

Dua bulan berlalu, saya berhasil menyusui ASI tanpa tambahan sufor *walhamdulillah.
Masalah datang saat saya mulai masuk kembali kekantor seusai cuti bersalin habis. Saya belum belajar dengan benar tentang manajemen ASIP!!!
Ya, di kantor saya berusaha memerah ASI, tapi karena kurangnya pengetahuan saya, saya hanya memerah 1-2x saja (dari pagi hingga sore). Dan apa akibatnya kalo ASI tidak dikeluarkan secara maksimal?!
Yak, betul. Produksi ASI akan berkurang. Perlahan tapi pasti.
Sehingga, di bulan ke-5, produksi ASI saya berkurang, kemudian berhenti dengan sendirinya.
Sedih, pasti. Saya yang waktu itu udah mulai optimis bisa ASI eksklusif,  akhirnya harus merelakan naiLah minum sufor.
Qodarullahu wa maa sya'a fa'al.....


Pengalaman ketiga, belajar ayuk kita belajar
Kala hamil anak ketiga -Ukasyah- , saya bertekad untuk benar-benar belajar tentang ASI. Alhamdulillah, saat itu ada fasilitas internet dikantor, jadi bisa browsing sebanyak-banyaknya artikel tentang menyusui. Saya juga mulai mengenal AIMI *kemana aja, bu?! ~_~
Ikut forum ibu-ibu menyusui, benar-benar menambah wawasan kita, karena seringkali praktek tak seindah teori, hehehe.....

Selain itu, saya juga hunting keperluan menyangkut ASIP, seperti alat pemerah ASI (saya beli yang manual aja, sesuai budget, wkwkwk), botol-botol kaca ASIP, cooler bag plus ice gel-nya.
Tak lupa, membekali diri pengetahuan tentang manajemen ASI perah.

Saat Ukasyah lahir, Alhamdulillah berhasil IMD dan berhasil rawat gabung lagi (Ukasyah lahir di RSIA yang sama dengan naiLah). Seminggu menjelang cuti bersalin usai, saya mulai aktif memerah ASI. Alhamdulillah, sehari bisa dapet 1-2 botol uk 100ml.
Pas mulai masuk kerja, saya sedikit khawatir karena persediaan ASIP nggak begitu banyak. Tapi saya menguatkan diri, seorang ibu menyusui harus selalu yakin kalo bisa menyusui bayinya. Pasti bisa, Bismillah!!!
Sengaja saya tidak membeli botol susu yang memakai dot, supaya Ukasyah tidak terbiasa memakai dot, dan meminum ASIP dengan sendok.

Akhirnya, dikantor, saya merutinkan untuk memerah ASI. Alhamdulillah, dari pagi hingga sore bisa dapet 4 botol uk 100ml. Alhamdulillah juga, saya boleh menitipkan ASIP di kulkas kantor ^^
Dan gegara tiap kekantor saya selalu bawa cooler bag plus suara klinthing-klinthing botol kaca ASIP, temen-temen kantor pada guyon (bercanda) dan menjuluki saya "penjual susu", wkwkwk.....

Freezer, yang awalnya isinya cuma separuh, kini Alhamdulillah sudah mulai terisi penuh. Sampai-sampai saya beli kantung plastik ASIP sekali pakai, agar lebih menghemat tempat.



Lancar menyusui hingga lancar memerah ASI, bukanlah tanpa halangan. Di suatu waktu, ada acara kantor selama 2 hari di Batu, pas weekend pula! Beralasan punya bayi, saya memilih tidak ikut menginap di hotel, walaupun harus PP pagi dan malam *Alhamdulillah, punya suami siaga, hehehe....
Acara yang padat, membuat saya memutar otak bagaimana caranya supaya saya bisa tetap memerah ASI.
Alhasil, tiap baru datang, saya mlipir ke toilet dulu untuk memerah ASI. Lantas, saat coffee break yang cuma 15menit, langsung saya pakai ke toilet untuk memerah ASI. Jajan sama teh-nya tinggal dititipin ke temen juga beres, hehehe.....

Pernah juga, saat Ukasyah mau tumbuh gigi, dia suka gigit puting. Alhasil, puting langsung lecet hingga berdarah-darah. Jangan tanya bagaimana rasanya ya, hehehehe.....
Tapi itu tak lantas membuat saya untuk menghentikan proses penyusuan. Saya baca-baca, katanya ASI justru obat terbaik untuk mengobati puting lecet. Jadi, setiap seusai menyusui, saya langsung mengolesi puting dengan ASI. Alhamdulillah, sehari dua hari lukanya udah menghilang.
Ya, bagi seorang ibu yang bertekad untuk menyusui ASI eksklusif, pastilah setiap masalah akan dihadapi *tsaaaah


Pengalaman keempat, menyusui dengan 'jalan' yang berbeda dengan sebelumnya
Saya bersyukur, karena telah memiliki pengalaman menyusui yang indah dengan Ukasyah. Kini, saat hamil anak ke-4, saya telah resign. Otomatis saya dirumah aja donk, dan nggak kepikiran tentang memerah ASI lagi.
Jadi mulanya saya pikir, insyaAllah nggak akan sesulit dulu.
Agaknya saya keliru, ehm.....maksudnya, ternyata Hudzaifah, karena menyusu eksklusif secara langsung dan hari-harinya dihabiskan dengan saya, akhirnyaaa...., dia jadi "mbok-mbok'en", hehehehe....
Lewat menyusui secara langsung, membuat saya benar-benar menikmati momen-momen indah dengan Hudzaifah. Mungkin itu sebabnya dia kelewat lengket dengan emaknya, walhamdulillah ^^



Kesimpulan,
1. Jangan malas belajar. Sekarang jamannya internet dan gampang sekali cari-cari artikel. Tidak ada kata terlambat untuk urusan belajar.
2. Lingkungan sangat berpengaruh dalam keberhasilan proses menyusui. Jadi sebisa mungkin kondisikan lingkungan kita.
3. Jangan dengarkan omongan-omongan yang bisa mengecilkan hati kita dalam menyusui. Tidak ada yang namanya ASI kurang, dan tidak ada riset yang membuktikan kalau sufor lebih baik dari ASI. Jadi, berusahalah! Positive thinking always, kalau kita pasti bisa menyusui (dengan catatan, belajar juga yak ^^) !!!
4. Kalau kita pernah gagal menyusui di masa lalu, jadikan itu pengalaman berharga dan pelecut semangat kita untuk bisa berhasil kedepannya.




3 komentar:

Anonim mengatakan...

Tulisannya sangat bermanfaat mbak. Bisa menjadi ilmu untuk saya sekaligus yang nantinya akan saya ingatkan pada calon istri kelak, insyaallah.

Kunjungan perdana, salam kenal :)

Ummu SaLaamah mengatakan...

Alhamdulillah, senang bila bisa berbagi yang bermanfaat.
Terimakasih atas kunjungannya....

Anonim mengatakan...

Sama-sama mbak. Makasih juga untuk kunjungan baliknya :)

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...